Selamat malam…
Hai hujan deras. Apa kabarmu malam ini?. Terima kasih telah
hadir untuk menyirami penutup hariku dimalam ini. Sudah lama rasanya aku tak
menyapamu. Sudah lama rasanya aku pun terlalu sombong dengan sahabat-sahabat
setiaku. Yaitu kalian yang mengertiku tanpa berkomentar, kertas…… pulpen…..
laptop…. bintang…… bulan……yang dimana kalian selalu hadir menemani setiap
penutup hariku.
Aku tak dapat pungkiri, aku memang butuh kalian semua. Saat
ini sahabat, aku kembali lagi dalam keadaan yang tak jelas. Dengan kisah yang
berbeda. Aku bingung. Teriak? Ya aku ingin sekali berteriak. Menyemburkan setiap
beban-beban yang tak sepantasnya aku pikirkan di usiaku yang seperti ini. Aku harusnya
focus untuk pelajaranku. Namun apa?, kamu… sosok yang bukan siapa-siapa, aku
tak mengenalmu, kita tak pernah bertemu sebelumnya, tetapi aku memikirkanmu. Siapakah
engkau sebenarnya?. Mengapa kau hadir dipikiran dan sisa hariku?. Apakah kau
adalah Senja pembahagia untukku? Ataukah kau hanya akan menjadi duri penyakit
yang kesekian untuk hatiku?.
Hadirmu sejuta tanya. Tak pernah kuinginkan hadirmu sesungguhnya.
Walaupun memang, aku pernah mengharapkan. Tapi jika seperti ini, apa ada yang
menginginkan?. Aku rasa tidak. Jika kau berada di posisiku, kau pasti akan
berkata hal yang sama sepertiku.
Melihat kejadian tadi sahabat, apakah kau mengetahui yang ku
rasa?. Bagaikan pisau yang mengiris-iris tubuhku. HaHaHa………….. Kau siapa? Beraninya
kau perlakukan seperti ini?. Entahlah, baru kali ini hal seperti itu terjadi.
Aku sadar, begitu banyak kekuranganku sebagai manusia. Tapi,
apa seburuk itu di matanya?. Bintang yang bersinar, hiburlah aku… Bulan yang
benderang, jauhkanlah pikiranku dari hal itu. Hujan deras, bantulah bangkitkan
rasaku dan tak hiraukan lagi itu.
Terkadang memang tak selalu manusia menginginkan jadi
perasa. Namun terkadang pula, ada saatnya manusia memang haruslah jadi sesosok
perasa. Untuk merasakan apa yang dirasakan sekitarnya:’)
-
Anda? Apakah Senja?.......................J -